Miniature Replicas of Angkor by Dy Proeung

Awalnya saya pikir tempat wisata ini semacam museum replikanya Angkor Wat, tapi ternyata saya salah!

Matahari di Kamboja bulan Februari gak terlalu terik, cuaca cukup dingin di pagi hari dan cenderung sejuk saya rasakan selama beberapa hari di Kamboja ini. Walaupun jalanan berdebu parah, tapi so far so good lah dengan cuaca yang gak seterik matahari di Tangerang. Hari itu, seperti biasa, kami mencari tempat dan destinasi baru di Siem Reap.

Dengan bermodalkan google map offline dan juga sarapan dari hostel, kami mengisi waktu di Siem Reap dengan mencari hal-hal baru –dan gratis kalau bisa.

Di pertengahan jalan saya mulai penasaran dengan Miniature Replicas of Angkor Wat dan memutuskan untuk mengecek tempat wisata itu. google map pun menuntun kami menapaki jalanan Siem Reap pagi itu.

Jalan raya hingga deretan rumah-rumah besar kami lewati. Dan saya mulai curiga, kok peta ini membawa kami masuk ke daerah perumahan yang semakin lama jalanannya semakin menyempit. Hingga tibalah kami di depan pintu masuk Miniature Replicas of Angkor Wat yang ternyata adalah workshop dari seorang Khmer bernama Dy Proeung.

Processed with VSCO with  preset

Disambut oleh patung-patung ukiran uncle Dy

Didepan pintu masuk terdapat ukiran biaya masuk sebesar $1,5 dan seorang ibu-ibu dengan senyum lebar sudah menghampiri kami dan menyebutkan kembali harga tiket masuk tersebut. ya kan gak mungkin kita kabur setelah tau kalau “tempat ini hanya gini doang”, kami pun membayar tiket masuk dan mempersiapkan kamera.

Lebih tepatnya ini adalah tanah milik bapak Dy Proeung yang disulap menjadi tempat beliau membuat replika dari candi maha megah Angkor. Kami gak hanya satu-satunya pengunjung di tempat ini, ada sepasang lansia asal Inggris yang juga sedang berkunjung kesana.

DSC00152

Kami bertemu dengan seorang bapak, sekitar umur 70-80an yang semangat menjelaskan ada apa disini. Beliau memahat dan membuat replika –semuanya, sendirian. Beliau juga menceritakan tentang sejarah kealm Kamboja dan juga saat mereka bertahan dari Khmer Merah yang sangat kejam. Cerita-cerita yang memilukan mulai menyayat hati kami, membuat saya semakin bersyukur kalau kehidupan di Indonesia masih sangat membahagiakan dibanding di Kamboja pada waktu itu.

Ceritapun bergulir ke masa negara tidak menghargai jasa beliau. Sama seperti beberapa nasib veteran di Indonesia, bapak Dy juga merasa tidak diperdulikan oleh negaranya. Kehidupan beliau sangat menyentuh hati, dimana hanya ada sepetak bangunan tanpa kusen jendela ataupun pintu yang menjadi tempat berlindung keluarga ini setiap harinya. Dan juga pengunjung dari replika mininya adalah sumber pendapatannya selama ini.

DSC00145

Replika Banteay Srei

Bapak Dy juga menceritakan bahwa beliau sangat mencintai seni. Kami dipersilahkan untuk melihat lukisan beliau dan juga sketsa pembangunan dari replika Angkor Wat miliknya. Gak banyak yang bisa dilihat sebenarnya, namun cerit adari saksi hidup sebuah sejarah memang gak bisa diganti dengan nominal uang. Jujur, saya sangat puas untuk bercengkrama dengan bapak Dy pagi hari itu, walaupun bahasa inggris beliau juga tidak terlalu fasih tapi secara garis besar saya paham apa yang ingin beliau sampaikan kepada kami khususnya generasi muda.

DSC00144

Replika Angkor Wat

Miniature Replicas of Angkor by Dy Proeung tidak hanya menyajikan keindahan, bapak Dy juga sangat mengajarkan kami akan artinya bersyukur.

Tinggalkan komentar